this photo is courtesy of Bulky-entah-nama-aslinya-siapa. |
"Mereka tertawa merayakan perpisahan kita."
"Bukan! Mereka memang membutuhkan kita berpisah, dan itulah kita, hidup untuk berpisah."
"Ya, picik! Mereka akan bersorak kecewa bila kita hanya melayang di udara, lalu turun lagi ke bumi."
"Lalu, mereka akan mengumpat tanpa henti. Menganggap kita adalah kaum kelas dua."
"Bukan kelas dua. Mereka akan memandang kita sebagai makhluk-makhluk buangan, palsu, gadungan."
"Padahal, hari ini kan sedang hujan, bukan salah kita bila nanti enggan berpisah. Dingin."
"Sial! Dasar manusia! Bisanya mengeluh. Bisanya menyalahkan."
"Itulah, hobi esensial dari manusia."
"Itulah..."
"Jadi? Kita harus berpisah?"
"Itu yang dinanti manusia. Perpisahan pendatang bahagia. Seperti sinetron atau opera sabun."
"Ya, seperti sinetron dan opera sabun..."
***
Sesuai namanya yang agak rumit, kehidupan keluarga Piroteknik memang pelik. Pemikirannya yang kritis, senada dengan kepribadiannya yang selalu meledak-ledak. Emosional. Temperamental. Pemarah. Ya, apapun itu lah.
Hentakan Sang Ayah dapat membuat seluruh anggota keluarga terbang hingga ke angkasa raya.
Suara Sang Ibu begitu menggelegar, seperti selongsong senapan yang menembakkan peluru, seperti meriam yang melepaskan bolanya.
Sang Kakak adalah perokok berat, sehingga reaksi asap selalu mengelilingi tubuhnya.
Dan, Sang Adik Bungsu, merupakan primadona yang dinanti-nanti. Dia bisa berdansa di antara langit malam, berubah menjadi percikan cahaya serupa bintang.
Semua terjadi, saat Sang Pemantik menyala, bertemu rindu dengan api yang sudah lama tak dijumpai. Memisahkan keluarga Piroteknik. Menghembuskan nyawanya ke udara. Dalam hitungan detik, tak lebih dari semenit.
Di Islandia, mereka disapa dengan flugeldar.
Di Italia, mereka dinamai fuochi d'artificio.
Di Jerman, mereka disebut sebagai feuerwerk.
Dan, dalam bahasa Ibu saya, mereka disebut dengan kembang api.
***
Dan saya selalu senang mengejar kembang api, walaupun tahu, akhirnya dia pasti hilang, dia pasti pergi. Entah kemana.
-penceritahujan-
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbenda itu terbang kelangit dan meluncur kembali ke bumi dan menjadi sampah (Kembang api) :D
BalasHapusPintu dan Jendela
kesenangan sesaat untuk sebuah kembang api. hehee
BalasHapus"Suara Sang Ibu begitu menggelegar, seperti selongsong senapan yang menembakkan peluru, seperti meriam yang melepaskan bolanya" aku suka sama kalimat yang ini. :)
BalasHapus