Jumat, 25 Februari 2011

Hallo Conello! Episode #3 Dilema!

Radio langit pun kuputar, dan apa yang kudengar? #np NAIF - Itulah Cinta. (woow, langit pun punya playlist lagu NAIF ya?)

Hmm.. membuat aku - si Hujan yang ga seberapa ini - tergugah lagi untuk menulis secarik kertas tak bertuan yang harusnya bisa kukirimkan untuk kamu Mas Conello. Tapi sekali lagi, karena seribu etika yang menghalangi  aku nggak bisa menyampaikan surat ini secara langsung, memberikan tepat di depan matamu, dan memelukmu erat - sama seperti yang kulakukan saat pertama dan terakhir kita berjumpa.

Etika apa?

Satu... aku sedang mencari sesuap penghidupan di Langit, dan kamu pun sedang berusaha membuat manusia-manusia tersenyum lebar dengan caramu tersendiri - masih dengan rasa manis vanilla ditambah sedikit pahit dari coklat lezat dan juga taburan kacang yang tampak menggiurkan. Dan aku tahu, kamu sudah membuat kaum manusia tersentuh akan usahamu itu, Conello.

Dua.. di sini menanti para Tetesan Hujan yang akan super cemburu dan kesal bila aku lalai memperhatikan mereka. Susah banget aku mau mangkir kerja untuk sekedar bermain di dalam kotak es tempatmu berada.

Ketiga.. di sana, ada seorang manusia yang selalu menanti kehadiranmu setiap hari, di depan pagarnya yang berwarna putih dan berhiaskan bunga merambat, serta lambang matahari di tengah cat putih manis tersebut, hebat kan aku bisa tau hal ini? Tiap hari aku mengintipmu dari balik awan putih, menatapmu dari kejauhan dan sekedar bernapas lega saat tau kamu baik-baik aja disana.

Kamu pun bertanya : "Maukah kamu mangkir kerja dan melupakan para Tetesan-tetesan Hujan itu saat aku memutuskan untuk tidak lagi mendatangi manusia di balik pagar putih?"

Tidak, aku menggeleng Conello. Aku ga ingin penantian para Tetesan Hujan ini berujung kecewa karenamu Conello. Biarlah bila kelak aku harus beranjak dari langit, bukan karenamu, tapi karena seonggok Hujan yang ga berarti ini. Dan aku juga ga pernah mau kamu memupuskan harapan sang manusia manis di balik pagar putih itu demi bertemu aku, Conello, mana aku tega... terlebih saat aku tau dia lebih bebas mengirim surat bagimu dan mengucapkan kata #kangen. Apalah arti seorang Hujan - yang manusia pun bukan - bahkan seringkali manusia membenci seorang aku, Conello.

Ya sudahlah Conello, jalanin aja apa adanya. Itu kata-kata yang ingin aku sampaikan lewat angin sepoi-sepoi yang akan segera menyapamu di bawah sana. Semoga sampai tepat langsung meresap di atas sang vanilla. *senyumsedih*

Makasih ya Conello.. dan Hujan ga tau apa akhir cerita Sang Hujan dengan Conello ini.

Terimakasih Pencerita Hujan, dan terimakasih Pencerita Conello.

.penceritahujan.260211.rumahmini.

3 komentar: