Halooo!
*senyumbehel*
Iya iya, Bung tukang coret dinding *jamandahulu*
(saya gatau ya kamu masih suka coret-coret dinding apa ga loh padahal)
Masih ingatkah kamu?
Saya si Hujan di kota Kembang lho Bung, inget ngga?
Iya, dulu banget, saya, si tetesan hujan yang selalu mengagumi setiap sentuhan warna yang kamu coretkan pada dinding itu. Dan saya, si Hujan yang ga seberapa ini, yang setia mendengar setiap cerita-cerita idealismu itu, hay Bung pencoret dinding bata yang sudah lama tak bersua? Saya, Tetesan Hujan, masih inget looh dimana aja kamu menorehkan setiap lukisan-lukisan aroma pilox dimana aja (salah satunya di Jalan Sunda, bener kan tuh kan hebat gue inget karya lo ada dimana Bung!).
Dan entah kenapa, sejak apa ya? Sejak kamu - seorang yang sebenarnya hangat - menjauh, jauh banget dari yang namanya Hujan. Kenapa ya? Mungkinkah kamu suka Matahari? Kamu lebih suka Musim Panas, daripada Musim Hujan? Atau Tetesan Hujan udah bikin kamu basah kuyup, dan flu berat, sehingga kamu gabisa mencoret-coret lagi untuk sementara?
Sejak itu pula hey Bung Pencoret Dinding - dua tahun berlalu - saya ga pernah mau ketemu sama kamu. Dan kamu jadi orang kedua yang gamau saya temuin, karena saya tau, Hujan gabisa ketemu kamu yang udah berubah menjadi Musim Panas, karena nantinya bakal bikin keadaan ga enak, Musim Pancaroba namanya.
Tapi apa yang saya lakukan oh hey Bung!
Ah, kemarin - sialan banget - saya bertemu kamu, dan secara tidak sengaja melihat kamu dari jauh.
Dan apa yang saya lakukan saat itu? POKE YOU! (what?? candella!!! *jewerdiri* *jedukinkepala*) padahal kamu orang yang gapengen saya temui kedua, karena tahu, suasana hati saya bakalan berubah jadi kaya Pancaroba.
Dan....... sudah seminggu lebih berlalu... surat ini baru bisa saya kirimin. *udah basi juga meuuur, madingnya udah keburu terbit!! Proyekan #30HariMenulisSuratCinta juga udah selesei, yang saya lakukan.. saya mungkin cuma mau mempublish surat yang harganya ga seberapa, paling juga cuma 1500perak kaya gini. Sampaikah ke tanganmu wahai Bung Pencoret Dinding? Oits, semoga tidak.. semoga tidak, karena saya ga pengen cat-cat dindingmu berlunturan saat kamu bertemu saya - sang tetesan hujan - dan untuk kali ini, saya berharap Pak Posnya pun salah alamat, mangkir kerja, lagi cuti liburan keluar negeri atau emang udah resign, biar surat saya ini, cuma sekedar surat ga berarti, ga seberapa, dan terakhirnya dijadiin bungkus gorengan yang akan dibaca-baca sama bocah berkeliaran di jalanan. *senyumbehellagi*
Sipp? Terimakasih surat cinta, seengganya saya berani nulis ini, meskipun cuma di blog pribadi saya sendiri. Salam dari Hujan, yang udah lama ga main ke bumi.
.penceritahujan.220211.rumahmini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar