Minggu, 28 Agustus 2011

Every teardrop is a waterfall.

- Coldplay

Kamu, Desember dan Payung Kuning

Kamu datang lagi saat Desember tiba. Memaksa saya kembali menggunakan payung kuning di tengah rayuan pulau kelapa yang kamu ciptakan perlahan. Di antara beribu tanda yang kamu hujankan ke muka bumi, ya, titik-titik air ini utusan kamu ya, biar saya selalu ingat sama kamu?

"Oh, tidak ko," ujarmu perlahan, "saya cuma senang dengan payung kuningmu."

Ya, kamu hanya menghampiri seonggok bentuk kuning yang meruncing. Sudah. Setelah itu kamu hempaskan kembali seorang saya di antara beribu tanda yang terbentuk sejak tiga tahun lalu. Pertanda yang menggantung, yang selalu membuat saya bertanya-tanya, "Kamu menyukai saya, atau payung kuning saya?"

Payung kuning pun sudah kamu ambil sejak setahun yang lalu. Kamu berkata, "Tahun depan, nggak ada lagi saya, dan kamu. Mungkin saya sudah menemukan awan manis saya, dan kamu masih bersama pelangimu."

Tapi, nyatanya, kali ini, saya masih menggunakan payung kuning, yang kembali tergeletak di pintu rumah saya. Dan sekali lagi, kamu datang dan berkata pada saya, "Saya menemukan dia yang baru." Lagi? Kata saya. Ya, lagi, ujarnya.

Sudahlah, biar kali ini, saya tetap menggunakan payung kuning, bahkan jas hujan kuning, agar kamu mendatangi saya. Ya, kamu memang tetap bersenandung sebuah melodi berlirik pada saya, walaupun kali ini, kamu sudah tidak menyukai payung kuning lagi. Hanya datang, bernyanyi gerimis kecil, dan kemudian pergi lagi. Biar, saya tetap di sini, berdiri, sampai ketika kamu mengambil payung kuning itu kembali.

.penceritahujan.290811.rumahmini.