Beda satu jam, kamu waktu Zimbabwe, aku waktu Timbuktu.
Beda dunia, kamu di Hawai, aku di Kutub.
Beda hobi, aku senang menatap hujan, dan kamu cinta berada di bawah matahari.
Aku hidup di pagi dan sore hari, kamu hidup di siang dan malam menjelang.
Berjumpa dimana kita? Aku belum pernah menatap wajahmu, sekalipun, seumur hidupku.
Tapi kamu yang bilang pada suatu hari pukul 5 pagi di waktu Timbuktu.
"Dapet salam dari Mas Subuh, udah mampir ke sana belum?"
"Udah, kok kita ga ketemu ya?"
"Mungkin aku masuk dari pintu depan dan kamu dari pintu samping."
"Mungkin sebenernya kita sudah pernah ketemu, cuma kita aja yang gatau."
Jadi... sejak saat itu, aku ketemu sama kamu di rumah Mas Subuh,
di rumah Mas Dzuhur,
di rumah Mas Ashar,
di rumah Mas Magrib,
dan di rumah Mas Isya.
Karena, kita ada di tempat yang sama, dalam angan-angan kita.
kita menghadap ke arah yang sama, Tuhan yang sama,
dan berada dalam satu lingkaran yang sama.
Dan saat itulah, aku tahu, aku melihat wajahmu, tepat di depanku.
Dalam doa-doa yang nggak usah diutarakan lantang, karena doaku dan doamu mungkin sama.
Semoga suatu hari, kita ditakdirkan untuk berjumpa.
Mungkin. Mungkin. Mungkin.
untuk sesosok semak-semak yang tinggal di bagian bumi Zimbabwe, salah seorang kawan dekat sesosok hujan yang tinggal di bagian bumi Timbuktu. Wish someday we'll meet each other!
.penceritahujan.140411.kantormini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar