Percakapan hangat tepat pukul lima sore, saat awan menunjukkan hitamnya, dan langit menunjukkan kelamnya.
T : Maaf, Mbak, namanya lengkapnya siapa ya?
J : Hujan di Langit Sore, Mbak wartawan.
T :Wah, namanya panjang sekali, gabisa disingkat ya?
J :Seringnya sih orang manggil saya Hujan, Mbak Wartawan. Mbak namanya siapa?
T : Panggil aja saya wartawan, ceritanya nama dirahasiakan.
J : Oiya ya kan nama dirahasiakan, mungkin kalo di acara TV, suara saya udah dicepetin kaya di film-film Alvin and The Chipmunk gitu.
T : Loh ini kan wawancara Mbak, gimana sih? Oiya, ceritanya gimana Mbak? Ko bisa tiba-tiba namanya Hujan di langit Sore? Emang hobi banget Mbak sama Hujan?
J : Hobi banget Mbak War, lah saya kan Hujan, liat aja muka saya udah sayu-sayu tapi malu gini. Jadi mau gimana lagi, karena saya emang Hujan makanya nama saya Hujan. (maaf pemirsa, bahasa Hujan emang agak absurd, maklum bahasa antah berantah, baru banget belajar bahasa Indonesia ini juga).
T : Trus Mbak Hujan kenapa nih suka galau-galau mulu?
J : Emang udah nasibnya Hujan sukanya sama yang galau-galau sih Mbak War, mulai dari muka, pikiran, sampe lagu-lagu kesukaan galau semua Mbak War. Nah Mbak War juga gitu kan? Namanya aja Penceritahujan. Iya kan?
T : Tuh tau nama lengkap gue, zzzz, Mbak Hujan, kenapa masih turun ke bumi? Ini kan udah musim panas Mbak?
J : Saya pengen ketemu sama Es Krim Conello Mbak War, walau tau sekarang Bang Conello sebiji itu harus melakukan apa yang sudah jadi kewajiban dia membuat tersenyum sang perempuan manis di balik pagar putih bergambarkan matahari di atasnya, saya cuma ingin tau kalo Bang Conello baik-baik aja, sehat-sehat aja, dengan taburan kacang yang tak pernah kurang serta rasa vanilla manis dicampur coklat yang sedikit pahit. Saya cuma ingin dia tau, kalo saya baik-baik aja menjalani dunia saya.
T : ...... (speechless)
J : Loh Mbak War ko diem?
T :Gapapa ko Mbak, terharu aja, jadi pengen nangis, oh iya Mbak Hujan gabisa nangis ya? Soalnya udah berupa tetesan-tetesan air yang bergabung menjadi satu?
J : Iya gapapa Mbak War, saya biasa nangis dalam hati ko.. Yang saya bisa kan hanya senyum.
Sosok Penceritahujan pun langsung memeluk erat Sang Hujan. Tanpa kata, Hujan pun langsung menguap dan pulang ke atas awan nun jauh di sana. Yang tersisa apakah? Oh, tetesan air, sebutir, walaupun hanya sebutir, Hujan meninggalkan airmatanya untuk Sang Penceritahujan, yang mungkin akan langsung dimasukkan ke dalam sebuah botol mini cantik yang akan langsung diberikan bagi Sang Conello. "Ini Conello, sebutir sisa air mata Hujan yang tertinggal di pelukanku..."
.penceritahujan.080311.kantormini.masih.
hujan pasti beruntung punya pencerita hujan yg sampe bela2 in cerita tentang dia ke siapa aja.
BalasHapuswawancara yang menarik.
again, saya suka gaya tulisan nya^^
penceritahujan sangat menyukai hujan makanya diceritain ke siapa ajaa :D
BalasHapusmakasiiih yaa :D blognyaa kamuu juga bagus koo! udah mulai nulis surat cinta lagi ya? saya suka gaya nulisnya kamu jugaa :D