Senin, 14 Maret 2011

Hujan Menghibur Bumi #1


Halo bumi! (sembari mencolek-colek manis si Bumi pake golok)
Inget saya ga? Udah lama saya ga maen bareng sama kamu Bumi. 
Dulu kan kita suka nongkrings bareng di tempat si Petir biasanya bernyanyi lagu-lagu cadas bernada.
Atau kita sekedar menari-nari diiringi awan hitam sebagai payungnya yang manis.

Kamu kenapa cemberut aja Bumi? Apakah kamu sedih? Kesal? Memendam amarah?
Ah Bumi, kalau kamu marah kan masih ada saya, masih ada Matahari (meskipun ia sedang berlubang), dan masih ada pelangi yang senantiasa menenangkan segenap kegetiran yang kamu rasakan, Bumi,

Ayo dong Bumi, senyum lagiii..!
Saya tau, ga mudah memang bagimu, disalahkan sebagai penyebab beribu-ribu nyawa hilang di atas mukamu yang elok itu. Dan ga adil sama sekali bila kamu selalu dijadikan kambing hitam, atas semua kerusakan yang ada di salah satu bagian dari tubuhmu itu. Saya juga tau Bumi, sudah kehendak Yang Maha Kuasa, agar kamu mengerahkan sedikit nafasmu, dan dari nafas yang telah kamu tahan bertahun-tahun itu, timbul lah gempa besar disertai tsunami yang sangat fenomenal di sejarah kehidupanmu ini Bumi.

Sudahlah Bumi, ini bukan salah kamu. Saya tau ko, saya tau kamu banget Bumi. Kamu ga mungkin melakukan suatu hal yang akan menyakiti hatimu, tanpa tujuan yang jelas. Ini sudah menjadi jalan yang ditakdirkan untukmu Bumi, dan saya tau, saya tau, semua bukan salah kamu. 

Makanya Bumi, ayo tersenyum lagiii. Ada yang datang, dan ada yang pergi. Seribu jiwa hilang tersapu sang ombak sepuluh meter yang lembut namun menghanyutkan yang saya lihat dari balik awan sana, dan seribu jiwa pun akan tumbuh demi memberikan senyum termanis yang pernah ada di dunia, Bumi. Saya yakin itu.

Jadi Bumi, saya tau, kelak, entah berapa detik, menit, jam, hari, hingga tahun kah kamu akan menerbitkan kembali senyum bahagiamu itu ke seisi dunia. Dan yang saya tau, saya ada disini, selalu untukmu Bumi.

Let's show your smiley face, Dear Mother Earth!

.penceritahujan.140311.monologdenganbumi.

2 komentar: