Halo kamu yang selalu muncul tiba-tiba.
Kadang saya menganggapmu sebagai sosok yang menyenangkan, ada ketika dibutuhkan, hadir untuk membawa pergi seorang teman bernama Ragu, menyimpannya di sebuah kamar putih tanpa jendela, membuatnya berdiam di sana.
Namun, kadang saya juga melihatmu sebagai pengganggu, tiba-tiba kamu muncul di hadapan, menghadang sahabat lain yang bernama Percaya, mengusirnya dengan paksa dan kasar. Kamu tega.
Ingin menjauhimu? Bagaimana mungkin! Kamu punya sebuah ilmu sakti, bisa menjelma jadi apa saja. Billboard, lagu, waktu, tiket kereta, tempat duduk, acara TV, nama toko, bahkan kamu sering menyusup di antara teman-teman saya - para titik hujan - dan memperdaya saya dengan seribu pertanyaan.
Malam itu, kamu datang lagi hey. Saya yakin, kamu menyamar menjadi gerimis dan menembus pori-pori kulit untuk kemudian beranjak ke hati saya. Mengintip isinya dengan paksa.
Dan seketika, saat kamu mengetahui rahasia-rahasia saya ini, dengan secepat kilat, kamu pun mulai mengurai diri menjadi beberapa bagian.
Kamu menyamar menjadi playlist yang diputar secara acak, memaksa saya mendengar sebuah lagu yang membekukan gerakan untuk seketika.
Kamu menyamar menjadi billboard raksasa bertuliskan kata-kata yang mengingatkan saya padanya, seorang yang ingin saya depak dari ingatan saya.
Kamu bahkan merasuki orang yang duduk di sebelah saya, memaksanya untuk berkata tentang sepenggal kisah yang mengundang saya untuk kembali membuka kotak masa lalu itu.
Tolong, jangan ganggu saya dulu untuk sementara. Istirahatlah di kediamanmu yang cantik agar rasa ini tak terjaga. Saya nggak ingin membiarkannya bangun, tumbuh dan berkembang. Biarkan dia hanya menjadi angin lewat yang sekedar ada untuk menguji saya.
Makasih atas pengertiannya ya Pertanda. Mohon maaf kalau saya lancang, menyuruhmu berdiri di luar pintu sampai saatnya tiba.
#nowwatching Serendipity
Penolakmu, yang sebenarnya sangat mempercayaimu,
-penceritahujan-
Kadang saya menganggapmu sebagai sosok yang menyenangkan, ada ketika dibutuhkan, hadir untuk membawa pergi seorang teman bernama Ragu, menyimpannya di sebuah kamar putih tanpa jendela, membuatnya berdiam di sana.
Namun, kadang saya juga melihatmu sebagai pengganggu, tiba-tiba kamu muncul di hadapan, menghadang sahabat lain yang bernama Percaya, mengusirnya dengan paksa dan kasar. Kamu tega.
Ingin menjauhimu? Bagaimana mungkin! Kamu punya sebuah ilmu sakti, bisa menjelma jadi apa saja. Billboard, lagu, waktu, tiket kereta, tempat duduk, acara TV, nama toko, bahkan kamu sering menyusup di antara teman-teman saya - para titik hujan - dan memperdaya saya dengan seribu pertanyaan.
Malam itu, kamu datang lagi hey. Saya yakin, kamu menyamar menjadi gerimis dan menembus pori-pori kulit untuk kemudian beranjak ke hati saya. Mengintip isinya dengan paksa.
Dan seketika, saat kamu mengetahui rahasia-rahasia saya ini, dengan secepat kilat, kamu pun mulai mengurai diri menjadi beberapa bagian.
Kamu menyamar menjadi playlist yang diputar secara acak, memaksa saya mendengar sebuah lagu yang membekukan gerakan untuk seketika.
Kamu menyamar menjadi billboard raksasa bertuliskan kata-kata yang mengingatkan saya padanya, seorang yang ingin saya depak dari ingatan saya.
Kamu bahkan merasuki orang yang duduk di sebelah saya, memaksanya untuk berkata tentang sepenggal kisah yang mengundang saya untuk kembali membuka kotak masa lalu itu.
Tolong, jangan ganggu saya dulu untuk sementara. Istirahatlah di kediamanmu yang cantik agar rasa ini tak terjaga. Saya nggak ingin membiarkannya bangun, tumbuh dan berkembang. Biarkan dia hanya menjadi angin lewat yang sekedar ada untuk menguji saya.
Makasih atas pengertiannya ya Pertanda. Mohon maaf kalau saya lancang, menyuruhmu berdiri di luar pintu sampai saatnya tiba.
#nowwatching Serendipity
Penolakmu, yang sebenarnya sangat mempercayaimu,
-penceritahujan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar