Sabtu, 10 November 2012

Menuju Sebelas

Bandung, 10 November 2012,

Biasanya, ketika membaca angka 10 terpampang jelas di jajaran kalender, saya sudah bahagia. Besok sebelas, ujar saya kala itu.

Saya, selalu menyukai angka 11. Tanggal 11, bulan 11, dan tahun 11. Bahkan, seringkali saya melihat waktu di telepon selular saya, menunjuk ke angka 11:11. Rupanya mata saya sudah berkonspirasi terlebih dahulu dengan para jam elektronik. Saya harus sering bergelut dengan angka cantik ini.

Sialan.

Selentingan tersiar cerita, bahwa manusia akan melihat apa yang ia inginkan. Saya pun begitu. Saya ingin melihat angka sebelas, karena saya menyukainya. Dan akhirnya, saya terlampau sering berpapasan dengan angka tersebut, dimanapun, kapanpun.

Rupanya, besok tanggal 11. Tapi saya masih berharap waktu di tanggal 10 November ini bertambah sekitar setengah hari lagi. Saya tidak ingin hari cepat berganti.

Bukan karena besok hari Minggu. Bukan karena waktu saya untuk menulis menjadi berkurang lagi. Bahkan, bukan karena keesokannya saya harus kembali ke ibukota lagi.

Hanya...

Ini tanggal sebelas bulan sebelas pertama saya tanpa Mama, yang pergi ke dimensi lain, tepat sembilan bulan lalu. Enggak akan ada pizza mie di atas meja. Enggak ada juga yang mengecup pipi saya halus, sembari berkata, "Anak Mama udah gede nih, kapan nikah dong?". Dan enggak ada juga yang membangunkan saya, sembari mengajak pergi ke supermarket, atau pertokoan, untuk membeli kado.

Walau Mama bukanlah orangtua yang mengagung-agungkan nilai "ulangtahun", tapi momentum seperti itu benar-benar bercokol manis dalam ingatan saya.

Rasanya, Kanne nggak mau menginjak dua lima, Ma...  

-penceritahujan-

1 komentar: