Kulitnya memang mengeras. Namun, isinya masih kompong. Hati Tuan Telur masih kosong. Setahun tepat ia terlahir kembali menjadi seonggok Tuan Telur, tapi sakit hatinya masih belum sembuh.
Ada yang bilang reinkarnasi itu hanya khayalan belaka. Tapi, Tuan Telur mengalami proses itu. Nyawanya berputar lagi. Dia sudah mati setahun lalu. Sesosok monster memakan habis hatinya. Sejak itu, Tuan Telur terombang-ambing tanpa hati, barang satu senti pun.
Kini, Tuan Telur menanti waktu yang tepat. Menunggu masa bulu-bulu hangat sang induk mengeraminya dengan penuh kasih sayang. Menunggu butiran-butiran darah merah kembali menjalar dalam pembuluhnya, lalu membiarkannya mengalir menuju jantung. Menunggu saat yang tepat, ketika Tuhan kembali menghembuskan rasa ke dalam inderanya.
Tepatnya, menunggu hatinya terisi kembali. Tak melompong. Tak hampa.
Dan ia, masih mendekam dalam tidurnya yang cenderung lama. Menggulung diri dalam cangkang, menunggu sebuah sosok mengetuk hangat lapisan keras itu, dan berkata, "Hallo Tuan Telur, selamat pagi!"
-penceritahujan-
salam gan ...
BalasHapusmenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !