Ada yang bilang merpati itu pandai mengepakkan sayapnya hingga ke ujung dunia. Dia bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, hanya untuk menjadi sesosok makhluk pengantar surat. Merpati pos. Demikian nama populernya, yang sering saya perhatikan dalam buku-buku cerita pengantar tidur.
Apakah merpati bisa membantu saya? Siapa tahu, merpati bisa menembus dimensi dengan frekuensi yang berbeda. Menolong saya, mengirimkan surat. Sepucuk kertas untuk seorang cinta pertama saya, yang saya kenali sejak Tuhan meniupkan nyawa bagi benih seorang manusia.
Isi suratnya juga tak muluk-muluk. Saya cuma menuliskan beberapa kata “kangen” dalam berbagai bahasa. Dulu, ia mengerti bahasa manusia. Kini, saya juga kurang tahu. Bahasa apa yang ia gunakan dalam dimensinya kini.
Kadang, saya berkhayal. Seperti apa dimensi tempat ia tinggal kini. Apakah berada di atas bukit dengan padang rumput dan bunga Edelweiss seperti yang pernah ia mimpikan? Ataukah berada di tepi pantai, dengan hamparan cangkang kerang yang pernah saya kumpulkan di masa lalu?
Bahkan, kadang saya berkhayal, sedang apa ia saat ini? Apakah dia tak sama sekali rindu pada saya? Ataukah dia juga sebenarnya ingin mengirim surat, tapi tak tahu media apa yang bisa digunakan untuk menembus ruang kosong antar dimensi ini? Atau kah, memang, dia benci sama saya?
Dia, meninggalkan saya tanpa sebuah pesan. Sepertinya hari itu, dia menari-nari di antara hujan. Sengaja tak sama sekali berkata pada saya, barang sepatah kata pun. Sepatah kata pun. Dia memilih untuk pergi duluan bersama hujan, sama seperti yang selalu saya inginkan. Beranjak ke dimensi sana, dan bercengkrama bersama para bidadari hujan. Curang. Dia curang.
Ataukah, sebenarnya itu pesan? Sebuah surat tak tertulis yang ia tinggalkan pada saya malam itu. Ada yang menyebutnya kontak batin, ada juga yang menyebutnya telepati. Saya? Saya menyebutnya undescribeable notes. Pesannya membuat saya bertanya-tanya, apa makna dari semua sandi dan tanda tersebut.
Rasanya, saya ingin melontarkan pertanyaan tentang tanda ini padanya, cinta pertama saya, “Apakah benar, Ma? Saya adalah anak Mama, yang juga manusia planet hujan?”.
Mungkin saja, mungkin, ia sedang tersenyum pada saya, dan bermaksud mengungkapkan kebenarannya. “Iya, kamu manusia planet hujan, yang turun ke bumi saat hujan, dan menyurut lagi bersama datangnya hujan,” kalimat itu tampak berdengung entahh darimana. Mungkin hanya intuisi, khayalan atau penafsiran bodoh ala makhluk pemikir macam saya.
Tak apa. Mungkin merpati susah menembus dimensi yang terpancang oleh pagar tak terlihat itu. Jadi, saya harus mengirim surat dengan perantara apa? Kartu pos? Telegram? Atau sandi morse? Ah, saya super tak yakin akan media buatan manusia itu.
Atau, jangan-jangan, apakah bisa hujan menghantarkan surat ini seperti sinar matahari mendatangkan panas ke bumi? Radiasi? Atau apalah itu namanya.
Ya sudahlah. Seperti apapun medianya, mungkin, saya cukup menyimpannya dalam hati. Karena saya yakin, kotak surat itu tersembunyi disana. Dalam sekejap, ia bisa membacanya, tanpa harus menunggu BBM pending, message not delivered, atau surat yang tak sampai. Ia hanya perlu tahu, kalau saya menjalani kehidupan saya dengan sangat baik.
Oh iya satu lagi. Saya pasti menuliskan satu kata dengan huruf kapital dan ukuran besar di dalam kertas itu. Apalagi. Ya, kata KANGEN, selalu tertulis dalam pesawat kertas itu.
-penceritahujan-
aw...
BalasHapusJika bertemu dengan burung merpati yang bisa mengantarkan surat ke demensi lain jangan lupa beri tahu saya ya :) Ada kata KANGEN yang ingin kusampaikan pada cinta pertama dan kedua ku di sana :)
BalasHapus