Senin, 14 Januari 2013

Hari ke-12: Kita itu Aneh

Jakarta, 14 Januari 2013,

Kita itu aneh.

Saya penyuka hujan dan kamu pecinta gerimis, jauh sebelum para pengusung aliran hujan berkoar di muka bumi. Lantas kita berdansa asal suka di bawahnya, menebak-nebak berapa jumlah katak yang mungkin sedang bersenandung bersama. Lalu menikmati secangkir kopi hangat yang dibeli dari kedai setempat. Tanpa menggerutu karena sepatu kebasahan. Tanpa mengeluh akibat flu merasa terundang.

Kita itu aneh.

Saya pecinta tanda dan kamu penyuka semiotika. Atau mungkin, kita ini hanya korban-korban film romansa yang tak mengumbar logika. Pencari jalan angin, lalu mengikuti arahnya sesuai hembusan. Pasrah, mungkin itu namanya.

Kita itu aneh.

Saya penyuka aroma cat semprot, dan kamu pecinta harum ketiak. Sama-sama berbau tak sedap. Mungkin malah merusak paru-paru dan berakibat buruk pada kesehatan. Bisa berakibat fatal. Tapi kita sama-sama tak bisa lepas dari kebiasaan bodoh itu.

Kita itu aneh.

Saya takut dengan kupu-kupu, namun kamu membenci kelinci. Sedangkan kamu pengusung teori butterfly in tummy dan saya pengadaptasi wajah bugs bunny. Tapi anehnya, saya dan kamu bisa bersatu dalam sebuah perbincangan hebat, yang hanya berkisah tentang perjalanan kupu-kupu dan seekor kelinci.

Kita itu aneh.

Atau mungkin, kita hanya menyangka diri kita seaneh itu. Padahal mungkin, kadar keanehan kita tak sedalam itu. Mungkin dangkal, hanya berada dalam tahapan kelas teri. Kelas tempe.

Dan kita berdua adalah makhluk-makhluk bodoh yang ingin berbeda di antara persamaan, dan sama di antara perbedaan.

Hipster? 

Semacam, mungkin.

Saya hanya menyangka diri saya memang seaneh itu, karena hingga detik ini tak mampu menyingkirkan kisah keanehanmu dari kotak pandora bernama memori.

Untuk apa saya masih berdiri di tempat? Untuk semua keanehan yang sudah kamu ciptakan? Atau tanda aneh yang Tuhan berikan? 

Dalam kasus ini, aneh dan bodoh memiliki perbedaan yang tipis. Kurang dari 1 mm, mungkin.

Lantas, ketika saya masih berada di hati yang sama, apakah saya aneh? Ataukah bodoh? Ataukah aneh? Ataukah bodoh?

Ataukah, aneh dan bodoh?

-penceritahujan-

7 komentar:

  1. Thankyouuuu! :) saya follow2 blognya yaa ;)

    BalasHapus
  2. Suka sekali. Saya juga penyuka hujan, harumnya indah. Tetap berkarya:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih karena sudah membaca, wahai sesama penyuka hujan :)

      Hapus
  3. hujan yang seketika akan membaut kita teringat dengan masa lalu yang menjadi kenangan terindah bagi kita :)

    BalasHapus