Jumat, 16 November 2012

Katanya, Nada akan Menyapa Hujan

Jakarta, 16 November 2012,

Ada yang bilang hujan itu bencana, tapi banyak juga yang berkata bahwa hujan itu anugerah.
Hujan pengundang keluhan, tetapi juga pembangkit memori. 
Hujan adalah hal yang dibenci hewan-hewan berbulu bermata manja, tapi kesukaan para katak dan penghuni ekosistem rumput. 
Hujan itu pencipta kerusakan bagi sepatu-sepatu berbahan kanvas, tetapi juga penilai ketangguhan sebuah sandal jepit kacangan. 
Hujan penghambat manusia berlibur akhir pekan, tapi juga pemberi nafkah bagi para penjaja payung jalanan. 

Hujan itu minus. Hujan itu plus.
Hujan itu menyebalkan. Hujan itu menyenangkan.
Hujan membawa kesedihan. Hujan itu mencipta kerinduan.

Hujan memaksa saya melihat segala sesuatu dari dua sisi. Dua sudut pandang. Dua pasang mata. Dua otak. Bahkan dua hati. 

Dan sebenarnya, hujan membuat saya membahana. Memaksa saya untuk tersenyum bahagia. Dan, saya tak bisa mengelak, tentunya. Hujan berhasil membuai saya, dalam sebuah euforia yang luar biasa. Mengalirkan sejuta kata tak tersurat, yang hanya sanggup melayang di tayangan salindia otak. Melambungkan sebuah imaji, akan masa lalu, sekarang, dan masa datang. Menjadi mesin waktu yang mampu berpindah-pindah, lebih hebat dari laci milik Nobita, ataupun mobil di film "Back To The Future". 

Selamat datang Musim Penghujan! Berikut, adalah beberapa list lagu awal pengiring hujan di tahun 2012 ini. Semoga bisa menemanimu menari di tengah gerimis manis! Enjoy! 

1. Mr Sonjaya - Melankoli


Suara berat dan irama akustik nan ringan menjadi salah satu semburat cahaya milik Mr Sonjaya, sebuah grup musik asal Bandung. Kombinasi lirik romantis, tapi bukan picisan, membuat para pendengarnya demikian tergila-gila, salah satunya adalah saya. Menurut seorang awam dengan wawasan musik seadanya, seperti saya, padanan manis antara kata-kata, nada dan suasana mampu menyentuh pojok memori, utamanya saat hujan tiba. 

Dari sekian banyak lagu, saya tengah dibuat jatuh cinta dengan satu judul: Melankoli. Mengapa? Kenapa bukan lagu bertajuk "Musim Penghujan" yang jelas-jelas memiliki kata "hujan" di dalamnya. Coba diintip sedikit liriknya:

Di balik indah semburat senja, aku merindukanmu,
Selepas drama melankoli cinta, aku mengharapkanmu,
Semalam angin berhembus bisikkan kepergianmu,
Di dalam hatiku berdoa, semoga tiada air mata membasahi pipi...

Rindu? Ya...sama seperti hujan, lagu ini memang menyiratkan kata "rindu". Tak salah bukan, bila saya sedang mengulang dan mengulang lagi dan mengulang lagi lagu ini?

Bisa didengar sepenggal lagunya di sini >> http://soundcloud.com/mrsonjaya

2. Banda Neira - Kau Keluhkan


Saya selalu sangat-sangat-sangat amat mencintai musik-musik bernada ringan, dengan lirik yang membuat saya tertegun, tidak to the point, tapi menyiratkan simbol dan tanda. Dan pastinya, Banda Neira - sebuah duo Nelangsa Pop berbeda latar belakang - menyuarakan diksi pintar itu dalam sebuah rangkaian irama. Ilustrasi nada. 

Alhasil, lagu bertajuk "Kau Keluhkan" ini berhasil membuat kuping saya enggan bertolak menuju irama lainnya. Mengeluh, memang menjadi satu hal naluriah bagi manusia. Tapi dengan lagu ini, Banda Neira seakan menyisipkan pesan, bahwa suatu ketika, Matahari pasti bersinar lagi. Setiap sepi pasti terisi lagi. Sebuah janji akan ditepati kembali. 

Kau keluhkan awan hitam
yang menggulung tiada surutnya.
Kau keluhkan dingin malam,
yang menusuk hingga ke tulang.

Hawa ini kau benci,
dan kau inginkan tuk segera pergi,
berdiri angkat kaki,
tiada raut riangmu di muka, pergi segera!

Kau keluhkan sunyi ini,
tanpa ada yang menemani.
Kau keluhkan risau hati,
yang tak kunjung juga berhenti.

Rasa itu kau rindu,
dan kau inginkan tuk segera tiba.
Dan kembali bermimpi
hanyut dalam hangatnya pelukan cahaya oh mentari!

Dan ingatlah pesan Sang Surya
pada manusia, malam itu,
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada,
esok pasti jumpa...!

Manis ya? Manis sekali. Bisa didengar lagu-lagu Banda Neira ini di sini >> http://soundcloud.com/bandaneira

3. Kla Project - Gerimis


Saya adalah seorang pecinta lagu lama. Bahkan dalam sebuah aplikasi jejaring sosial facebook saja, nilai tebakan saya akan tembang lawas jauh lebih tinggi daripada lagu hingar-bingar masa kini. Dan Kla Project merupakan salah satu musisi idola, sampai detik ini. Iramanya selalu abadi. Hal ini seperti menjadi bukti, bahwa memori akan nada yang berkualitas akan tersimpan dalam sebuah kotak ingatan, dan bisa saja keluar, terlontar sewaktu-waktu, kapanpun, dimanapun. 

Salah satu tembang favorit saya dari Kla Project adalah: Gerimis. Selain memang berkaitan dengan hujan - dimana saya adalah salah seorang penggemar berat dari hujan - seperti biasa, lirik yang berkenaan dengan cuaca, selalu melambangkan sebuah kode. Tanda. Membuat saya belajar berinterpretasi, bahwa dalam lagu ini, lagi-lagi tersiar kata rindu. Sendu.

Sekejap badai datang, mengoyak kedamaian,
Segala musnah, lalu, gerimis langitku, menangis.
Kekasih, andai saja kau mengerti,
harusnya kita mampu lewati itu semua,
dan bukan menyerah untuk berpisah...?

Sekali lagi, speechless dan tak sanggup berkata-kata. Bagi yang masih ingin mendengar lagu lawas ini, bisa diintip di youtubenya >> Klakustik - Gerimis

4. Payung Teduh - Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan


Seperti biasa, suara lirih milik Is, sang vokalis, diiringi oleh komposisi nada yang lembut, pertemuan antara gitar, drum, guitalele serta contra bass, membuat waktu berjalan relatif lambat. Seperti biasa, kalimat puitis mewarnai setiap alunan nada jazz yang bereksplorasi menjadi satu dengan petikan guitalele khas keroncong. Satu kata saja: manis.

Lagu pengiring hujan bagi saya kali ini berjudul cukup panjang. Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan. Dan, niscaya, lagu ini mampu mengubah emosi seketika, membuatnya terombang-ambing dalam dunia imaji. Saat sesuatu yang harus diikhlaskan, tetapi tak pernah bisa diikhlaskan, sama sekali. Saat dua hati, hanya bisa saling berbicara dalam mimpi.


Kita tak semestinya berpijak diantara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri ditengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak didalam perjumpaan abadi


Ingin mendengar lagu sendu ini? Bisa intip dengar di sini >> Payung Teduh - Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan

5. The Sastro - Plazamaya


Berbeda dengan tembang-tembang sebelumnya, lagu terakhir yang saya pilih sebagai pengiring musim penghujan kali ini sama sekali tidak mengandung lirik, barang satu kata pun. The Sastro, sebuah band yang didirikan oleh para lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini mengomposisikan karya tanpa diksi, membuat pendengarnya mampu berimajinasi dalam dimensi maya tersendiri.

Lagu berdurasi 9 menit ini mampu mengaduk-aduk emosi saya. Menghujani saya dengan sejuta pertanyaan bertubi-tubi, ataupun beribu cerita dan memori. Menemani kekosongan yang mendekam dalam otak saya, yang katanya disebut dengan writer's block. 

Percaya nggak percaya, tembang Plazamaya ini telah membantu saya menarik kembali ide-ide terselubung, yang terhimpit oleh kenangan buruk. Mampu mengundang air mata atau lamunan tanpa isi. Plazamaya, sudah menjadi teman melewati badai yang dipenuhi tanda tanya.

Penasaran dengan alunan melodi Plazamaya ini? Intip kemari! >> The Sastro - Plazamaya

---------------------

Lima lagu tanah air tersebut menjadi beberapa dari banyak lagu yang telah mengiringi permulaan musim hujan di penghujung tahun ini. Semoga hujan tahun ini mendatangkan bahagia, bukan menjadi sebuah bencana. Amin. :)

-penceritahujan-

1 komentar:

  1. tolong kasih link downloadnya??
    disitu cuma bisa streaming.. -_-

    BalasHapus